Monday, November 16, 2009

berbagi pagi

kelicap, pucuk ubi dan penyair itu menyambut sinar
yang terbias lembut antara celahan bukit yang mengantuk
pada sepasang sayap kelicap berkembang segunung azam
mengetuk langit Tuhan.
pada hijau pucuk ubi menetas klorofil
mencatani fotosentesis kanvas alam

sang penyair sekadar mengucap salam
“wahai matahari yang budiman,
“jangan pergi, biarkan pagi berlalu”
aku sentiasa rindu mengucup alis matamu
yang meranum antara bait puisiku..

No comments: